LAPORAN PENDAHULUAN
SEROTINUS
KONSEP MEDIS
A. Pengertian.
Kehamilan post matur adalah kehamilan
yang berlangsung labih lama yaitu 42 minggu. Dihitung berdasarkan rumus Neagele
dengan siklus haid rata – rata 28 hari (mochtar, R. 2009).
Masa post kehamilan adalah kehamilan
yang berlangsung melebihi 42 minggu dan masa kehamilan 249 hari dari kehamilan
normal (May A. K. & Mahl Meister. R. M. 2009).
Angka kejadian kehamilan lewat waktu
kira – kira 10 % bervariasi antara
3,5 – 14 %. Perbedaan yang lebar disebabkan perbedaan dalam menentukan
usia kehamilan. Disamping itu perlu diingat bahwa para ibu sebanyak 10 % lupa
akan perhitungan tanggal haid terakhir disamping sukar menentukan secara tepat
saat ovulasi. Boyce mengatakan dapat terjadi kehamilan lewat waktu yang tidak
diketahui akibat masa proliverasi yang pendek.
B. Etiologi
Etiologi pasti belum diketahui, tapi ada faktor
prediposisinya, yaitu :
a.
Faktor hormonal, di mana kadar
progesterone tidak cepat turun walau pun kehamilan telah cukup umur sehingga
kepekaan uterus terhadap oksitoxin berkurang.
b.
Ketidakseimbangan dalam control
hormon kehamilan dan defisiensi dari kelenjar adrenal. Kortikosteroid dalam
produksi hormon.
c.
Terjadi produksi prostaglandin
yang menurun his yang lemah. Prostaglandin ini berperan penting dalam
menimbulkan kontraksi uterus. Adanya perbedaan dalam rendahnya kortisol dalam
darah janin sehingga disimpulkan terjadi kerentangan stress dan merupakan
faktor tidak timbulnya his, dan juga akibat kurangnya air ketuban dan
insufisiensi plasenta.
d.
Faktor lain adalah faktor
herediter.
C. Manifestasi Klinik
1.
Pada ibu.
v Distosia karena aksi uterus tidak terkoordinir.
v Janin besar.
v Moudling.
Sehingga terjadi partus lama, kesalahan letak, inersia
uterus, distosia baru, perdarahan post partum, ini meningkatkan mortalitas dan
morbiditas.
2.
Pada janin.
v Berat badan janin bertambah.
v Kematian janin dalam kandungan.
v Rambut kepala agak tebal atau banyak.
v Kuku - kuku panjang.
v Verniks kasiosa di badan berkurang.
v Kulit pucat dengan deskuamasi epitel.
v Rambut lanugo, hilang dan sangat kurang.
v Tulang dan sutura kepala lebih keras dari bayi matur.
Tanda post matur dapat dibagi dalam 3 stadium
1.
Stadium 1.
Kulit menunjukkan kehilangan verniks, kasiosa dan
maserasi berupa kulit kering, rapuh dan mudah mengelupas.
2.
Stadium 2.
Gejala disertai dengan pewarnaan mekonium (kehijauan)
pada kulit.
3.
Stadium 3.
Terdapat pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit dan tali
pusat.
D.
PATOFISIOLOGI
E.
Fungsi plasenta mencapai
puncaknya ada kehamilan 38 minggu dan kemudian mulai menurun terutama setelah
42 minggu. Hal ini dapat dibuktikan dengan penurunan estriol dan plasental
laktogen. Rendahnya fungsi plasenta berkaitan dengan peningkatan kejadian gawat
janin dengan resiko 3 kali. Permasalahan kehamilan lewat waktu adalah plasenta
tidak sanggup memberikan nutrisi dan pertukaran
CO2/O2 akibat tidak timbul his sehingga pemasakan nutrisi dan O2 menurun menuju janin di samping adanya
spasme arteri spiralis menyebabkan janin
resiko asfiksia sampai kematian dalam
rahim. Makin menurun sirkulasi darah menuju sirkulasi plasenta dapat
mengakibatkan pertumbuhan janin makin lambat dan penurunan berat disebut
dismatur, sebagian janin bertambah besar sehingga memerlukan tindakan operasi
persalinan, terjadi perubahan metabolisme janin, jumlah air ketuban berkurang
dan makin kental menyebabkan perubahan abnormal jantung janin, (Wiknjosastro,
H. 2009,
Manuaba, G.B.I, 2011 & Mochtar R, 2009).
F. Pemeriksaan Diagnostik.
·
Bila HPHT dicatat dengan baik,
diketahui wanita hamil, diagnosis tidak sukar.
·
Bila wanita tidak tahu atau
lupa haid terakhir nya, maka hanyalah dengan pemeriksaan antenatal care yang
teratur dapat diikuti dengan naik nya fundus uteri, mulai nya gerakan janin
maka sangat membantu diagnosis.
·
Pemeriksaan berat badan ibu,
apakah berkurang? Dan juga lingkar perut dan jumlah air ketuban.
·
Pemeriksaan Rontgenology dapat
dijumpai pusat – pusat penulangan pada bagian distal femur, bagian proksimal
tibia dan tulang kuboid.
·
Ultrasonografi untuk menentukan
ukuran bipariental, gerakan janin dan jumlah air ketuban.
·
Pemeriksaan sitology air
ketuban : air ketuban diambil dengan amnion sintesis baik transvaginal mau pun
trans abdominal.
·
Amnioskopy untuk melihat
derajat kekeruhan air ketuban, menurut warnanya karena kekeruhan oleh nekoneum.
·
Kardiotokografy untuk mengawasi
dan membaca denyut jantung janin karena insufisiensi plasenta.
·
Uji oksitoxin : dengan infuse
tetes oksitoxin dan diawasi reaksi terhadap kontraksi uterus.
·
Pemeriksaan kadar estriol dalam
urin.
·
Pemeriksaan Ph darah kepala
janin.
·
Pemeriksaan sitology vagina.
G. Penatalaksaan.
v Setelah usia kehamilan lebih dari 40 – 42 minggu yang penting adalah
monitoring janin sebaik – baiknya.
v Apa bila tidak ada tanda – tanda insufisiensi plasenta, persalinan
spontan dapat di tunggu dengan pengawasan ketat.
v Lakukan pemeriksaan dalam untuk menilai kematangan serviks, kalau
sudah matang boleh dilakukan induksi persalinan dengan atau tanpa amniontomy.
v Bila :
a.
Riwayat kehamilan yang lalu ada
kematian janin dalam rahim.
b.
Terdapat hipertensi
pre-eklamasi.
c.
Kehamilan ini adalah anak
pertama karena infertilitas.
d.
Pada kehamilan lebih dari 40 –
42 minggu maka ibu dirawat di rumah sakit.
v Tindakan operasi sexion secarea dapat dipertimbangkan pada :
a.
Insufisien plasenta dengan
keadaan serviks belum matang.
b.
Pembukaan yang belum lengkap,
persalinan lama dan terjadi gawat janin.
c.
Pada primigravida tua kematian
janin dalam kandungan, pre-eklamsia, hipertensi menahun, anak berharga dan
kesalahan letak janin.
v Pada persalinan pervaginam harus di perhatikan bahwa partus lama
akan sangat merugikan bayi, janin post matur kadang – kadang besar.
H.
KOMPLIKASI
Adapun Komplikasi Postmatur berdasarkan sumber :
1. Hipoglikemia, karena cadangan energi pada saat dilahirkan sangat rendah dan bahkan akan lebih rendah lagi j ika pasokan oksigen selama persalinan s
2. Sindroma aspirasi mekonium.
Adapun Komplikasi Postmatur berdasarkan sumber :
1. Hipoglikemia, karena cadangan energi pada saat dilahirkan sangat rendah dan bahkan akan lebih rendah lagi j ika pasokan oksigen selama persalinan s
2. Sindroma aspirasi mekonium.
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian.
Anmnesis :
Ø Kaji siklus haid dan hpht.
Ø Adanya distensi abdomen.
Denyut jantung janin tidak terdengar
dengan jelas.
Ø Kaji berat badan ibu dan lingkar perut.
Ø Jumlah air ketuban.
Ø Ibu cemas.
Obyektif.
Ø Kemampuan ibu untuk melahirkan.
Ø Pada pemeriksaan vagina dapat menunjukkan janin dalam malposisi
Ø Dilatasi serviks kurang dari 1,2cm/jam.
Ø Uterus mungkin distensi berlebihan karena hidramnion,gestasi
multiple,janin besar.
B. Diagnosa Keperawatan.
1.
Cemas b. d. ancaman yang dirasakan pada ibu/janin.
2.
Resiko tinggi cedera terhadap
ibu b. d. obstruksi pada mekanisme pada penurunan janin, keletihan ibu.
3.
Resiko tinggi cedera terhadap
janin b. d. persalinan yang lama ,malpresentase janin.
C. Perencanaan.
Dx. I. Cemas b, d ancaman yang
dirasakan pada ibu atau janin.
Goal : klien akan mengurangi
kecemasan selama dalam perawatan
Intervensi rasional :
·
Kaji status psikologis dan
emosional.
R/ : Adanya gangguan keamajuann normal dari persalinan
dapat memperberat perasaan ansietas dan kegagalan , perasaan ini dapat
mengganggu kerja sama klien dan menghalangi proses induksi
·
Anjurkan pengungkapkan perasaan
R/ : klien mungkin takut atau tidak
memahami dengan jelas kebutuhan terhadap induksi dengan jelas. Rasa gagal
karena tidak mampu melahirkan secara alamiah dapat terjadi.
·
Anjurkan penggunaan teknik
pernapasan dan latihan relaksasi.
R/ : Membantu menurunkan ansietas
dan memungkinkan klien untuk berpartisipasi secara aktif.
Dx. II : resiko tinggi cedera terhadap ibu b. d
obstruksi mekanis pada penurunan janin, keletihan ibu.
Goal
: klien
akan mengurangi timbulnya cedera
Intervensi dan rasional :
·
Tinjau ulang riwayat persalinan,
awitan dan durasinya
R/ : membantu dalam mengidentifikasi
kemungkinan penyebab, kebutuhan pemeriksaan diagnostik dan intervensi yang
tepat
·
Kaji pola kontraksi uterus
secara manual atau secara elektronik.
R/ : disfungsi kontraksi memperlemah
persalinan, meningkatkan resiko komplikasi maternal atau janin.
·
Catat kondisi serviks , Pantau
tanda amnionitis
R/ : serviks kaku atau tidak siap
tidak akan dilatasi akan menghambat penurunan janin.
·
Tetap bersama klien, berikan
lingkungan yang tenang sesuai indikasi.
R/ : reduksi rangsangan dari luar
mungkin perlu untuk memungkinkan tidur dan menurunkan tingkat ansietas pada ibu
Dx. III :
resiko tinggi cedera terhadap janin b.d persalinan yang lama, malpersentasi janin
Goal
:
resiko cedera pada janin akan berkurang
Intervensi dan rasional :
·
Kaji DJJ secara manual atau
electronic
R/ : Mendeteksi respon abnormal,
seperti bradikardi,thakikardi yang mungkin disebabkan stress, hipoksia dan
asidosis
·
Kaji malposisi dengan
menggunakan maneuver Leopold dan temuan pemeriksaan internal.
R/ : menentukan letak janin, posisi
dan persentasi ddapat mengidentifikasi faktor –faktor yang memperberat
disfungsional persalinan.
·
Siapkan metode untuk melahirkan
yang paling layak, bila janin pada presentase kening, wajah atau dagu.
R/ : presentase ini meningkatkan
resiko CPD , karena diameter lebih besar dari tengkorak janin masuk ke pelvic
karena kegagalan kemajuan dan pola persalinan memerlukan kelahiran secara
sesarea.
·
Perhatikan warna dan jumlah
cairan amnion bila pecah ketuban.
R/ : kelebihan cairan amnion
menyebabkan distensi uterus berlebihan yang berhubungan dengan anomaly janin.
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes & Moorhouse, (2001), “RENCANA PERAWATAN MATERNAL / BAYI”
Edisi 2, EGC, Jakarta.
Cunningham F. Gary “OBSTETRI WILLIAMS” Edisi 18, Jakarta :
EGC, 2009
Yayasan bina pustaka Sarwono
Prawirahardjo, Prof. Dr. Hanita Wikdjosastro, DSOG, “ILMU KEBIDANAN”, Edisi 3, Jakarta : 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar