Rabu, 30 Januari 2013

Laporan pendahuluan serotinus


LAPORAN PENDAHULUAN
SEROTINUS

KONSEP MEDIS
A.    Pengertian.
Kehamilan post matur adalah kehamilan yang berlangsung labih lama yaitu 42 minggu. Dihitung berdasarkan rumus Neagele dengan siklus haid rata – rata 28 hari (mochtar, R. 2009).
Masa post kehamilan adalah kehamilan yang berlangsung melebihi 42 minggu dan masa kehamilan 249 hari dari kehamilan normal (May A. K. & Mahl Meister. R. M. 2009).
Angka kejadian kehamilan lewat waktu kira – kira 10 % bervariasi antara     3,5 – 14 %. Perbedaan yang lebar disebabkan perbedaan dalam menentukan usia kehamilan. Disamping itu perlu diingat bahwa para ibu sebanyak 10 % lupa akan perhitungan tanggal haid terakhir disamping sukar menentukan secara tepat saat ovulasi. Boyce mengatakan dapat terjadi kehamilan lewat waktu yang tidak diketahui akibat masa proliverasi yang pendek.
B.     Etiologi
Etiologi pasti belum diketahui, tapi ada faktor prediposisinya, yaitu :
a.       Faktor hormonal, di mana kadar progesterone tidak cepat turun walau pun kehamilan telah cukup umur sehingga kepekaan uterus terhadap oksitoxin berkurang.
b.      Ketidakseimbangan dalam control hormon kehamilan dan defisiensi dari kelenjar adrenal. Kortikosteroid dalam produksi hormon.
c.       Terjadi produksi prostaglandin yang menurun his yang lemah. Prostaglandin ini berperan penting dalam menimbulkan kontraksi uterus. Adanya perbedaan dalam rendahnya kortisol dalam darah janin sehingga disimpulkan terjadi kerentangan stress dan merupakan faktor tidak timbulnya his, dan juga akibat kurangnya air ketuban dan insufisiensi plasenta.
d.      Faktor lain adalah faktor herediter.
C.    Manifestasi Klinik
1.      Pada ibu.
v  Distosia karena aksi uterus tidak terkoordinir.
v  Janin besar.
v  Moudling.
Sehingga terjadi partus lama, kesalahan letak, inersia uterus, distosia baru, perdarahan post partum, ini meningkatkan mortalitas dan morbiditas.
2.      Pada janin.
v  Berat badan janin bertambah.
v  Kematian janin dalam kandungan.
v  Rambut kepala agak tebal atau banyak.
v  Kuku - kuku panjang.
v  Verniks kasiosa di badan berkurang.
v  Kulit pucat dengan deskuamasi epitel.
v  Rambut lanugo, hilang dan sangat kurang.
v  Tulang dan sutura kepala lebih keras dari bayi matur.

Tanda post matur dapat dibagi dalam 3 stadium
1.      Stadium 1.
Kulit menunjukkan kehilangan verniks, kasiosa dan maserasi berupa kulit kering, rapuh dan mudah mengelupas.
2.      Stadium 2.
Gejala disertai dengan pewarnaan mekonium (kehijauan) pada kulit.
3.      Stadium 3.
Terdapat pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit dan tali pusat.
D.      PATOFISIOLOGI
E.     Fungsi plasenta mencapai puncaknya ada kehamilan 38 minggu dan kemudian mulai menurun terutama setelah 42 minggu. Hal ini dapat dibuktikan dengan penurunan estriol dan plasental laktogen. Rendahnya fungsi plasenta berkaitan dengan peningkatan kejadian gawat janin dengan resiko 3 kali. Permasalahan kehamilan lewat waktu adalah plasenta tidak sanggup memberikan nutrisi dan pertukaran  CO2/O2 akibat tidak timbul his sehingga pemasakan nutrisi  dan O2 menurun menuju janin di samping adanya spasme  arteri spiralis menyebabkan janin resiko asfiksia  sampai kematian dalam rahim. Makin menurun sirkulasi darah menuju sirkulasi plasenta dapat mengakibatkan pertumbuhan janin makin lambat dan penurunan berat disebut dismatur, sebagian janin bertambah besar sehingga memerlukan tindakan operasi persalinan, terjadi perubahan metabolisme janin, jumlah air ketuban berkurang dan makin kental menyebabkan perubahan abnormal jantung janin, (Wiknjosastro, H. 2009, Manuaba, G.B.I, 2011 & Mochtar R, 2009).

F.     Pemeriksaan Diagnostik.
·         Bila HPHT dicatat dengan baik, diketahui wanita hamil, diagnosis tidak sukar.
·         Bila wanita tidak tahu atau lupa haid terakhir nya, maka hanyalah dengan pemeriksaan antenatal care yang teratur dapat diikuti dengan naik nya fundus uteri, mulai nya gerakan janin maka sangat membantu diagnosis.
·         Pemeriksaan berat badan ibu, apakah berkurang? Dan juga lingkar perut dan jumlah air ketuban.
·         Pemeriksaan Rontgenology dapat dijumpai pusat – pusat penulangan pada bagian distal femur, bagian proksimal tibia dan tulang kuboid.
·         Ultrasonografi untuk menentukan ukuran bipariental, gerakan janin dan jumlah air ketuban.
·         Pemeriksaan sitology air ketuban : air ketuban diambil dengan amnion sintesis baik transvaginal mau pun trans abdominal.
·         Amnioskopy untuk melihat derajat kekeruhan air ketuban, menurut warnanya karena kekeruhan oleh nekoneum.
·         Kardiotokografy untuk mengawasi dan membaca denyut jantung janin karena insufisiensi plasenta.
·         Uji oksitoxin : dengan infuse tetes oksitoxin dan diawasi reaksi terhadap kontraksi uterus.
·         Pemeriksaan kadar estriol dalam urin.
·         Pemeriksaan Ph darah kepala janin.
·         Pemeriksaan sitology vagina.          
G.    Penatalaksaan.
v  Setelah usia kehamilan lebih dari 40 – 42 minggu yang penting adalah monitoring janin sebaik – baiknya.
v  Apa bila tidak ada tanda – tanda insufisiensi plasenta, persalinan spontan dapat di tunggu dengan pengawasan ketat.
v  Lakukan pemeriksaan dalam untuk menilai kematangan serviks, kalau sudah matang boleh dilakukan induksi persalinan dengan atau tanpa amniontomy.
v  Bila :
a.       Riwayat kehamilan yang lalu ada kematian janin dalam rahim.
b.      Terdapat hipertensi pre-eklamasi.
c.       Kehamilan ini adalah anak pertama karena infertilitas.
d.      Pada kehamilan lebih dari 40 – 42 minggu maka ibu dirawat di rumah sakit.
v  Tindakan operasi sexion secarea dapat dipertimbangkan pada :
a.       Insufisien plasenta dengan keadaan serviks belum matang.
b.      Pembukaan yang belum lengkap, persalinan lama dan terjadi gawat janin.
c.       Pada primigravida tua kematian janin dalam kandungan, pre-eklamsia, hipertensi menahun, anak berharga dan kesalahan letak janin.
v  Pada persalinan pervaginam harus di perhatikan bahwa partus lama akan sangat merugikan bayi, janin post matur kadang – kadang besar.

H.      KOMPLIKASI
Adapun Komplikasi Postmatur berdasarkan sumber :
1. Hipoglikemia, karena cadangan energi pada saat dilahirkan sangat rendah dan
  bahkan akan lebih rendah lagi j ika pasokan oksigen selama persalinan s
2. Sindroma aspirasi mekonium.

KONSEP KEPERAWATAN
A.    Pengkajian.
Anmnesis :
Ø  Kaji siklus haid dan hpht.
Ø  Adanya distensi abdomen.
Denyut jantung janin tidak terdengar dengan jelas.
Ø  Kaji berat badan ibu dan lingkar perut.
Ø  Jumlah air ketuban.
Ø  Ibu cemas.
Obyektif.
Ø  Kemampuan ibu untuk melahirkan.
Ø  Pada pemeriksaan vagina dapat menunjukkan janin dalam malposisi
Ø  Dilatasi serviks kurang dari 1,2cm/jam.
Ø  Uterus mungkin distensi berlebihan karena hidramnion,gestasi multiple,janin besar.
B.     Diagnosa Keperawatan.
1.      Cemas  b. d. ancaman yang dirasakan pada ibu/janin.
2.      Resiko tinggi cedera terhadap ibu b. d. obstruksi pada mekanisme pada penurunan janin, keletihan ibu.
3.      Resiko tinggi cedera terhadap janin b. d. persalinan yang lama ,malpresentase janin.
C.    Perencanaan.
Dx. I. Cemas b, d ancaman yang dirasakan pada ibu atau janin.
Goal : klien akan mengurangi kecemasan selama dalam perawatan
Intervensi rasional :
·         Kaji status psikologis dan emosional.
R/ : Adanya gangguan keamajuann normal dari persalinan dapat memperberat perasaan ansietas dan kegagalan , perasaan ini dapat mengganggu kerja sama klien dan menghalangi proses induksi
·         Anjurkan pengungkapkan perasaan
R/ : klien mungkin takut atau tidak memahami dengan jelas kebutuhan terhadap induksi dengan jelas. Rasa gagal karena tidak mampu melahirkan secara alamiah dapat terjadi.
·         Anjurkan penggunaan teknik pernapasan dan latihan relaksasi.
R/ : Membantu menurunkan ansietas dan memungkinkan klien untuk berpartisipasi secara aktif.
Dx. II    : resiko tinggi cedera terhadap ibu b. d obstruksi mekanis pada penurunan janin, keletihan ibu.
Goal          :  klien akan mengurangi timbulnya cedera

Intervensi dan rasional :
·         Tinjau ulang riwayat persalinan, awitan dan durasinya
R/ : membantu dalam mengidentifikasi kemungkinan penyebab, kebutuhan pemeriksaan diagnostik dan intervensi yang tepat
·         Kaji pola kontraksi uterus secara manual atau secara elektronik.
R/ : disfungsi kontraksi memperlemah persalinan, meningkatkan resiko komplikasi maternal atau janin.
·         Catat kondisi serviks , Pantau tanda amnionitis
R/ : serviks kaku atau tidak siap tidak akan dilatasi akan menghambat penurunan janin.
·         Tetap bersama klien, berikan lingkungan yang tenang sesuai indikasi.
R/ : reduksi rangsangan dari luar mungkin perlu untuk memungkinkan tidur dan menurunkan tingkat ansietas pada ibu
Dx. III       : resiko tinggi cedera terhadap janin b.d persalinan yang lama,   malpersentasi janin
Goal          :  resiko cedera pada janin akan berkurang
Intervensi dan rasional :
·         Kaji DJJ secara manual atau electronic
R/ : Mendeteksi respon abnormal, seperti bradikardi,thakikardi yang mungkin disebabkan stress, hipoksia dan asidosis
·         Kaji malposisi dengan menggunakan maneuver Leopold dan temuan pemeriksaan internal.
R/ : menentukan letak janin, posisi dan persentasi ddapat mengidentifikasi faktor –faktor yang memperberat disfungsional persalinan.
·         Siapkan metode untuk melahirkan yang paling layak, bila janin pada presentase kening, wajah atau dagu.
R/ : presentase ini meningkatkan resiko CPD , karena diameter lebih besar dari tengkorak janin masuk ke pelvic karena kegagalan kemajuan dan pola persalinan memerlukan kelahiran secara sesarea.
·         Perhatikan warna dan jumlah cairan amnion bila pecah ketuban.
R/ : kelebihan cairan amnion menyebabkan distensi uterus berlebihan yang berhubungan dengan anomaly janin.





DAFTAR PUSTAKA

Doengoes & Moorhouse, (2001), “RENCANA PERAWATAN MATERNAL / BAYI” Edisi 2, EGC, Jakarta.

Cunningham F. Gary “OBSTETRI WILLIAMS” Edisi 18, Jakarta : EGC, 2009

Yayasan bina pustaka Sarwono Prawirahardjo, Prof. Dr. Hanita Wikdjosastro, DSOG, “ILMU KEBIDANAN”, Edisi 3, Jakarta : 2011




Tidak ada komentar:

Posting Komentar